Rabu, 05 Juni 2013

Miss world=miss neraka??




(ANTARA News) - Grand final ajang Miss World 2013 yang melibatkan peserta dari 130 negara di dunia akan berlangsung di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, tanggal 4-15 September 2013. Hal tersebut telah mendapatkan lampu hijau dari Bupati Badung, Anak Agung Gede Agung. Puncak perhelatan internasional tersebut akan diadakan pada 28 September 2013 di Sentul International Convention Center, Bogor. Dengan mengantongi perijinan dan dukungan dari Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. "Ajang Miss World ini berbeda dengan ajang sejenis lainnya karena saat puncak acara tidak menggunakan bikini, Insya Allah lebih sopan," kata dia. Selain itu ia mengatakan, selama menjadi tuan rumah acara final Miss World pihaknya akan berkomitmen menampilkan keramahtamahan masyarakat Jawa Barat karena hal ini bisa menjadi ajang promosi ke dunia internasional, pihaknya juga sempat mengusulkan agar selain menggunakan kebaya saat puncak pagelaran, salah satu rangkaian acara menuju Final Miss World bisa mengambil lokasi di tempat wisata Jawa Barat seperti Kawah Putih di Ciwidey, Kabupaten Bandung.
Hal tersebut tentunya akan menuai kontroversi, alas an yang dikemukakan tak layak dijadikan alasan. Jika ditelisik lebih dalam, pertama, mengenai kesopanan yang katanya akan dijamin dalam pelaksanaan acara. Pertanyaannya, sopan menurut siapa? Sudah jadi rahasia umum bahwa dalam ajang tersebut memiliki rangkaian tahapan yang harus dilalui oleh peserta dan pada setiap tahapan penilaian, hal yang pastinya sudah pakemnya. Mulai dari pakaian yang digunakan, apa yang dilakukan, semua itu pastinya menggunakan standar “Barat”. Nilai yang sejatinya bertentangan dengan nilai-nilai masyarakat yang ada di Jawa Barat khususnya, terutama Islam.
Sebgai kader parpol islam tentunya beliau memahami aktivitas tersebut sangat bertentangan dengan islam dan wajib untuk ditolak. Perempuan dimuliakan dalam islam, tak selayaknya diperlihatkan aurat mereka dan dijadikan komoditi bagi “penikmat perempuan”. Terkait aurat dan kewajiban menutup aurat sudah jelas terkandung dalam al qur’an dan as sunnah. Jika demikian, bukankah memberi dukungan bahkan fasilitas yang bertentangan dengan syariah akan mendatangkan kemurkaan Allah SWT?? Terlebih dalam posisi beliau sebagai pemimpin yang memiliki kekuasaan untuk mencegah segala bentuk kemaksiatan.
Kedua, terkait promosi pariwisata yang terkesan mengada-ngada. Banyak cara untuk mempromosikan tempat pariwisata yang ada di Jawa Barat yang pastinya tanpa mengurangi atau pun bertolak dengan nilai-nilai luhur islam yang aa di dalam diri masyarakat Jawa Barat.  Hal tersebut sejatinya juga bertentangan dengan visi Jawa Barat “Dengan Iman dan Taqwa, Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia”, bukankah wilayah tersebut melahirkan intelektual yang tak hanya terkenal di lingkup nasional tapi juga internasional?
Sadar atau tidak, sejatinya ajang seperti ini adalah “virus” yang harusnya tak diberi celah sedikitpun untuk masuk bahkan berkembang. “Virus” yang berasal dari budaya Liberal-Sekuler, yang banyak membawa mudharat daripada manfaat. Ajang Miss World yang hanya membuat perempuan hina, bagaimana tidak? Tubuh yang merupakan aurat dan harus ditutup diumbar dengan murah, diperlihatkan disana-sini, bagaikan hewan. Bahkan lebih hina dari hewan. Sementara pihak penyelenggara dan yang mengucurkan modal akan mendapatkan keuntungan darinya, menjadikan perempuan-perempuan itu sebagai ikon kecantikan bagi mereka.
Di sisi lain, hal tersebut akan memunculkan euphoria. Membuat perempuan di dunia ini berlomba-lomba untuk menjadi miss world. Cara pandang merekapun berubah menjadi hedonis, glamour dan liberal.
Dengan begitu, membuat permpuan semakin jauh dari nilai-nilai agama (red: islam). Perempuan yang dilindungi dan dimuliakan dalam islam menjdai perempuan yang hina dan tereksploitasi karena budaya Kapitalisme tersebut. Sehingga tak sedikit perempuan yang labih mengutamakan kehidupan materialistic, penampilan dan karir semata tanpa memikirkan apakah yang dilakukan sesuai dengan aturan Penciptanya atau tidak.
Hal tersebut harus ditolak, agar tak banyak lagi perempuan khususnya di Jawa Barat menjadi korbannya. Belum cukupkah persoalan tantang moral yang tengah menimpa kalangan perempuan saat ini, mulai dari tindak asusila, aborsi, dan lain sebagainya. Masihkah harus memberikan banyak tumbal bagi kapitalisme? Masih haruskah membuat perempuan terhinakan karenanya?
Jadi, tak perlu menambah beban baik orang tua terutama ibu, maupun pemerintah. Serta mengorbankan masa depan generasi penerus untuk memenuhi kerakusan kapitalis. Karena bagi mereka, Jawa Barat –bahkan Indonesia– tak lebih dari pasar potensial, sekaligus objek jajahan produk pemikiran, budaya dan ekonomi, agar kapitalisme tetap menghegemoni.
Cukuplah peringatan Allah swt dalam Al-Qur’anul Karim: “dan Allah sekali-kali tidak akan pernah memberi jalan kepada orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin” (TQS. An-Nisa :141).